DOA QUNUT DAN
HUKUM MEMBACANYA
Sahabat-sahabat, posting saya kali ini akan membahas tentang hukum
membaca doa qunut pada ketika sholat subuh.
Sahabat-sahabat, dalam masalah qunut, ada beberapa hadis yang kita
temukan, di antaranya adalah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Turmudzy,,
yaitu:
اَنَّ النَّبِيَ صلى الله
عليه وسلم كَانَ يَقْنَتُ في صلاة الصبح و المغرب
Artinya: Sesungguhnya nabi Shallallohu Alalihi Wasallam telah
melakukan qunut pada sholat subuh dan magrib
Dalam riwayat Imam Nasa’iy ditemukan dengan redaksi
اَنَّ النَّبِيَ صلى الله
عليه وسلم كَانَ يَقْنَتُ في صلاة الصبح و المغرب
Artinya: Sesungguhnya nabi Shallallohu Alalihi Wasallam telah
melakukan qunut pada sholat subuh.
Dalam shohih muslim juga ditemukan sebuah hadis, yaitu yang
bersanadkan:
Anas Bin Malik, Abi Mujkaz, Ayahnya, Al-Mu’tamar Bin Sulaiman, Ibn
Mu’az, Muhammad Bin Abdul A’la, Ishaq Bin Ibrahim Dan Abu Kuraib Dan Abdullah
Bin Mu’az Al-Anbary”
قنت رسول الله صلى الله عليه وسلم شهرا بعد الركوع في صلاة الصبح يدعو على رعل
وذكوان
Artinya: Rasulullah Shallalloh alaihi Wasallam telah
melakukan qunut shalat subuh setelah ruku’ selama satu bulan untuk mendoakan
kaum ro’la dan dzakwan. (hadis ini juga ditemukan dalam Shahih Bukhori,
dengan sedikit perbedaaan)
Khusus dalam masalah qunut, masih ada hadist-hadist yang lain,
seperti hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawd, Darimiy, Dan Ahmad.
Dari beberapa hadis di atas, maka beberapa ulama menyimpulkan
tentang hukum membaca doa qunut.
1.
Imam Syafii
Ulama
syafi’iyah mengatakan “kedudukan qunut pada sholat subuh, persisnya ketika
bangkit dan ruku’ (I’tidal) pada rakaat kedua, hukumnya sunnah karena ada hadis
yang diriwayatkan kebanyakan ahli hadis kecuali Tirmizdi. (Sayyid Sabiq,
Fiqh Sunnah, Juz II, 38)
2.
Kitab Al-Majmu’ Li Al-Nawawi
Pendapat
kita bahwa qunut di sunnahkan baik adanya musibah yang datang atau tidak, juga
berkata demikian sebagian besar kaum salaf dan setelahnya, atau kebanyakan di
antara mereka, dan diantara yang mengatakan demikian adalah Abu Bakar Siddiq.
(Sayyid Sabiq, Al-Majmu’ Li Al-Nawawi, Juz III, 504).
LAFAZ DOA QUNUT
اَلَّلهُمَّ
اهْدِنِيْ فِيْمَنْ هَدَيْتَ, وَ عَافِنِيْ فِيْمَنْ عَافَيْتَ, وَتَوَلَّنِيْ فِيْمَنْ
تَوَلَّيْتَ, وَبَارِكْلِي فِيْمَا أَعْطَيْتَ, وَقِنِيْ بِرَحْمَتِكَ شَرَّ مَا قَضَيْتَ,
فَاِنَّكَ تَقْضِى وَلَا يُقْضَى عَلَيْكَ, وَاِنَّهُ لَا يَذِلَّ مَنْ وَالَيْتَ
وَلَا يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ, تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ, فَلَكَ الْحَمْدُ
عَلَى مَا قَضَيْتَ, اَسْتَغْفِرُكَ وَأَتٌوْبُ اِلَيْكَ, وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ اْلُامِّيِّ وَعَلَى أَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ
(allohummah dini fi
iman hadait, wa afini fi iman afiat, wa tawallani if iman tawallait, wabarikli
fi ma a’thoit, wa qini birohmatika syarro ma qodoit, fainnaka taqdhi wala yuqdho
alaik, wa innahu la yazillu man walait, wala yaizzu man ‘adait, fa lakal hamdu
ala ma qodhoit, astagfiruka wa atubu ilaik, wa shollallohu ala syyidina
muhammadin Nabiyyil ummiyyi wa’ala alihi washohbihi wasallam).
1 komentar:
Nice cok
Posting Komentar